Selasa, 07 Juni 2011

CATATAN UNTUK SISWA SMA

Prolog >>>

Seseorang yang belum memiliki gelar Mahasiswa, tidak berarti ia telah mengetahui seluk beluk kehidupan dalam suatu Universitas. Bilamana seorang siswa yang belum menamatkan pendidikannya dari SMA, SMK, maupun Aliyah dan sederajatnya, serta belum pernah menyelami dunia perkuliahan, maka sudah jelas ia belum memahami “apa hakikat Mahasiswa, Kuliah, dan Universitas”. (Lain si cena abdi keur sombong, ma’af-ma’af punten), demi meluruskan yang mungkin terdapat sedikit kekeliruan informasi tentang seputar dunia perkuliahan yang disampaikan oleh sahabat-sahabat yang bukan mahasiswa. Inilah kalimat demi kalimat Saya rangkai lewat kata-kata sederhana, tidak menggunakan bahasa Yunani ataupun bahasa sastra tinggi yang kadang-kadang memahaminya saja butuh proses, sehingga banyak membuat orang tertidur ketika membacanya. Tapi kalimat dalam coretan tinta hitam diatas kertas putih ini telah dikemas sesederhana mungkin dengan bahasa yang santai, mudah-mudahan pembaca dapat memahami kapan dan dimanapun membacanya, assyik.
Coretan tinta hitam diatas kertas putih ini bertujuan untuk melukiskan sedikit gambaran tentang bagaimana kehidupan mahasiswa, baik dalam kampus, maupun dalam kehidupan bermasyarakat, dipersembahkan untuk Sahabat SMA kelas XII khususnya, dan umumnya teruntuk Sahabat yang berminat melanjutkan pendidikannya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi (Universitas) agar selepas membacanya sahabat dapat mehahami “Bagaimana tanggung jawab seorang MAHASISWA” terutama pada akademik maupun pada masyarakat. Coretan tinta hitam ini juga mudah-mudahan bermanfaat bagi masyarakat umum sebagai pedoman dalam bersosialisasi dengan golongan mahasiswa agar terciptanya sebuah keharmonisan mahasiswa dan masyarakat, sebagaimana yang termaksud dalam “Ikatan Mahasiswa Masyarakat Malahayu”. Sebab walau bagaimanapun mahasiswa adalah bagian dari masyarakat, dan masyarakat membutuhkan mahasiswa. Namun Idealnya, mahasiswa berada sedikit diatas masyarakat. Tapi satu hal yang terpenting adalah “Bukan mahasiswa, bukan berarti tidak mampu melakukan apa yang dilakukan mahasiswa”.
Mahasiswa
Belum berapa lama saya merasakan menjadi seorang mahasiswa, menjadi warga kampus di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. semester III (tiga) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, jurusan Ilmu Politik, akrab saja Mamet. “Mamet Iskandar Pratama Nusantara” begitulah kira-kira lengkapnya, Assyiik. Walaupun dikampus boleh dibilang masih seumur duren eh seumur jagung ketah ma’af, Sebagai warga kampus yang sudah berkecimpung dalam dunia akademik, secara tidak langsung, Saya sedikit memahahi “apa itu mahasiswa”. ketika mendengar sebutan Mahasiswa, timbul dibenak kita, bahwa mahasiswa adalah seorang siswa yang memiliki gelar ‘Maha’, Maha berarti agung atau tinggi, bisa dikatakan juga unsur tertinggi diantara yang paling tinggi, sementara Siswa adalah seorang yang berpendidikan. Didunia ini misalnya terdapat manusia yang paling mengetahui, tapi Allah paling ‘Maha’ mengetahui. Nah bagaimana ketika kata ‘Maha’ digabungkan dengan ‘Siswa’ (Maha-siswa) tentu akan menimbulkan makna yang sangat luarbiasa, mungkin bisa dianalogikan sebagai seorang yang memiliki peran-posisi tertinggi di seluruh elemen pendidikan. Sangat ironis, ketika kita sebagai mahasiswa tapi masih berkarakter layaknya siswa, siswa yang canggung setiap hari datang kesekolah, duduk manis mendengarkan gurunya ceramah, seakan gurunya adalah sumber kebenaran. Sahabat, mahasiswa tidak lagi seperti demikian, Mahasiswa dituntut untuk mandiri, mampu menguasai segala Pengetahuan dan mampu merajai seluruh aspek kehidupan dalam berbagai persoalan, assyiiiik keren euy. Jangan lupa, zaman sudah modern, dunia sudah memasuki kawasan era tanpa batas, dan sepertinya kehidupan sudah berada dalam kerumunan orang-orang yang pandai bersaing, sudah bukan saatnya lagi siswa khususnya kelas XII masih bersantai-santai sebagaimana tiada lagi Ujian Nasional (santai tidak sibuk mempersiapkan bahan contekan, ckckckckck). Tapi sekarang dan hari ini, sebelum sahabat masuk dan berkecimpung dalam sivitas akademika, saatnya Sahabat perlu tau, apa itu ‘Mahasiswa’??, agar sahabat mampu menghapuskan sosok canggung yang selama ini menyelimuti jiwa sahabat sebagai seorang siswa. Ibarat kata, sebelum sahabat memasuki dunia X, maka sahabat perlu tau dulu, seperti apa itu dunia X?? Ketika sahabat belum tau jawabannya, maka sahabat akan dikuasai oleh dunia X tersebut, dan mungkin akan memilih untuk keluar dari dunia X itu.( mudah-mudahan masuk logikalah)
Mahasiswa dalam pandangan saya adalah seorang pelajar yang bisa mandiri, bersifat idealis, dewasa, cerdas, berpendidikan, dan peduli terhadap masyarakat sosial disekitarnya. Di Desa Malahayu yang gunungnya sudah botak ga jelas, memiliki gelar mahasiswa adalah merupakan sebuah keistimewahan, mewah karena hanya sedikit orang yang cukup beruntung bisa jadi seorang mahasiswa. Tapi apalah artinya keistimewahan jika kelak sahabat telah menjadi seorang mahasiswa, sahabat sia-siakan begitu saja, apalagi seandainya sahabat hanya menjadikan keistimewahan itu sebagai sesuatu yang waaaaah (hebat), tapi jika lepas dari tanggung jawab dan kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungannya sendiri, maka sesungguhnya yang demikian itu tiada berarti dan sama sekali tidak bisa dibanggakan. Lebih parah lagi ketika kembali ke kampus sahabat cuma jadi kupu-kupu (kuliah pulang-kuliah pulang) yang penting setiap bulan gajihan dari mamah-papah, assyiik (mahasiswa kancingcalang). Padahal coba sedikit kita renungkan, nama Mahasiswa selalu dihormati dimana-mana, bagaikan seorang Raja yang memiliki peran, posisi, dan tempat yang paling tertinggi, dikampus misalnya mahasiswa bisa dapat akses informasi ekslusif dari para dosen lulusan luar negri, negara maju lagi, apalagi kemarin pada tanggal 23 Desember 2010, seorang Wakil Presiden Republik Indonesia Prof. Dr. Boediono yang mungkin kesibukannya sangat luarbinasa eh luarbiasa maksudnya, masih sempat datang ke kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, hanya untuk mengisi kuliah di fakultas Saya (Somboooooong). Tapi Itulah keistimewahan seorang mahasiswa, Wapres Boediono yang pasti tahu kedatangannya bakal disambut banyak demonstran, tatap datang memenuhi undangan dari mahasiswa, padahal waktu itu ratusan demonstran dan mahasiswa diluar fakultas saya siap menolak kedatangannya. Tapi sahabat, bukan sekedar itu, lagi-lagi mahasiswa diposisikan ditempat yang terhormat, diberi kesempatan menjadi seorang Peneliti, Pengusaha, Manager, Psikolog, Guru, Dokter, Dosen, Pejabat, Insiyur, Jendral, pengacara, Hakim (bukan hakim garis lagi), menjadi Penguasa Negara sekalipun mahasiswa dipersilahkan cuy, coba lihat SBY, seandainya dia belum pernah menjadi seorang mahasiswa, jauh dari kemungkinan dia bisa menjadi seorang Presiden, gagah berdasi, punya wakil, asisten, pembantu, sopir, bebas memilih kendaraan lagi. Bahkan sejarahpun ikut mencatat cuy, pendiri tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945 menjadi sebuah Negara yang merdeka, pelopornya adalah kebanyakan dari mahasiswa, seperti Ir. Soekarno, Mohammad Hatta, Sutan Syahrir, Soetomo, Tan Malaka, Agus Salim, Cipto Mangunkusumo dan kawan-kawannyalah kira-kira. Lebih ekstrim lagi, seorang proklamator (pembaca naskah dan pengesah) kemerdekaan Republik Indonesia ‘Ir. Soekarno’, ketika masih menjabat sebagai Presiden pada tahun 1966, dicopot jabatannya oleh mahasiswa, dengan santai menuntun Jendral Soeharto untuk segera menggantikan posisinya, hebatnyanya lagi pada tahun 1998, lagi-lagi mahasiswa tampil keren, dengan gagahnya menguasai gedung MPR-RI menuntut sang jendral yang dulu mereka antar menuju kursi kepresidenan dipaksa turun dari mandatnya, mahasiswa sudah menganggap Jendral tidak becus lagi meminpin Indonesia. Begitu tingginya peran mahasiswa, seakan-akan suaranya adalah suara Tuhan. Sahabat SMA khususnya kelas XII yang baik, jadikanlah sejarah ini sebagai motipasi sahabat dalam mempersiapkan diri dan mental, sebelum masuk Universitas dan menjadi seorang mahasiswa yang tentu penuh dengan bermacam tanggung jawab.
Mahasiswa dalam kehidupan formal
Dalam kegiatan sehari-hari disekolah katakanlah misalnya SMA, sebagai seorang ‘siswa’ tentu sahabat sering menemukan dimana saat-saat sahabat disibukan dengan tugas-tugas mata pelajaran yang kadang membuat kepala sahabat puyeng 7.695 keliling (waduh banyak amat tuh), sehingga membuat sahabat selalu mengabaikan tugas-tugas tersebut, sampai pada akhirnya sahabat hanya bisa menunggu hasil teman-teman yang bisa mengerjakannya (yang merasa jangan mengelak). Jarang kita sadari bahwa kebiasaan yang seperti itulah yang kemudian akan terbawa keranah akademik. Sebab, berdasarkan analisa dari ahli psikolog, dari teman-teman Mahasiswa Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tidak sedikit mereka menyatakan bahwa ‘kebiasaan diwaktu sekolah akan menentukan kebiasaan dimasa kuliah’ kecuali kepalanya kepentok batu besar yang besarnya melebihi planet Juviter tapi isinya adalah sebuah kesadaran. Seorang siswa, sebelum memiliki gelar ‘Maha’, mau tidak mau ia harus memiliki nilai-nilai dasar pemikiran, baik itu berupa ilmu pengetahuan, agama, tekhnologi, dan lain semacamnya, sebab terdapat sedikit perbedaan antara sistem belajar yang diterapkan disekolah dengan sistem belajar yang diterapkan diperkuliahan, misal saat sahabat belajar disekolah, sahabat sering menerima materi dari Guru, dan sahabat hanya bisa terdiam, seakan-akan cuma bisa berkata “iya-iya-iya, dan iya”. Berbeda dengan diperkuliahan nanti, sahabat harus mampu merubah kalimat ‘iya’ menjadi ‘kenapa harus iya?’. Kadang memang kondisi sosial antara siswa dan mahasiswa adalah sama. Tapi jika sahabat mengikuti persamaan itu, maka sebagai mahasiswa sahabat termasuk golongan orang-orang ’GAGAL’. Sebab, sekali lagi, Mahasiswa dituntut mandiri, bersifat kritis, dan mampu menjadikan waktu luang menjadi peluang bukan lagi terbuang, apalagi main Play Station di O’oh (Rental PS yang bangkrut mengalami kerugian besar, dan pengunjung terbanyak adalah siswa SMA). Lah bagaimana urusannya cuy.
Sekolah telah banyak memberikan sahabat bermacam pelajaran. Mulai dari pengetahuan yang dasar sampai pada puncak pengetahuan. arti dari pengetahuan dasar yang saya maksud adalah misal dalam mata pelajaran agama disekolah, sahabat pernah membahas tentang rukun Iman, rukun islam, syarat syahnya wudhu, tayamum, kemudian hukum bacaan dalam lafadz Al’quran dan lain semacamnya. Pengetahuan-pengetahuan dasar itulah yang kemudian akan dipertanggungjawabkan dibangku kuliah nanti. Sebab, dunia perkuliahan tidak mungkin akan kembali menyampaikan Pengetahuan-pengetahuan yang bersifat pembukaan atau pengetahuan dasar. Universitas sudah menganggap seluruh mahasiswa adalah dewasa dan tidak mungkin belum memiliki pengetahuan dasar, satu hal yang perlu sahabat garis bawahi adalah diperkuliahan nanti, sahabat akan jarang dipertemukan dengan orang yang berceramah didepan kelas layaknya Guru mengajar disekolah. Tetapi diperkuliahan nanti, sahabat akan sering dipertemukan dengan sahabat-sahabat lain yang berasal dari luar kota maupun luar negri yang duduk manis, rapi, dan siap mendengarkan sahabat berceramah didepan kelas dengan segala pengetahuan yang sudah sahabat miliki, eitZ jangan salah cuy, pengalaman saya mengatakan bahwa, tidak sedikit mahasiswa semerter satu yang drouf of (keluar) karena belum siap, bahkan tidak sanggup menghadapi sistem belajar yang diterapkan diperkuliahan. Kuliah sudah tidak banyak lagi menerima materi, melainkan lebih banyak menyampaikan materi, bahkan adakalanya setiap pertemuan mahasiswa wajib presentasi. Pertanyaan’nya “Punya pengetahuan apa sahabat pengen jadi mahasiswa”? (Jangan mimpi lolos jadi mahasiswa sebelum berpengetahuan), kate orang betawi, loe pengen jd mahasiswa, loe mesti kudu punya PEKTESIPENG (waduh makhluk apa’an tuh). PEKTESIPENG adalah PEngetahuan, Keterampilan, TEknik, SIkap, dan PENGalaman. Assyiik. Saipkan tuh PEKTESIPENG.
Mahasiswa dalam Kehidupan Bermasyarakat
Boleh dibilang dengan kemampuan, keahlian, kelebihan dan segala potensi yang milikinya, mahasiswa merupakan sosok yang paling menarik berada dalam masyarakat, sebab mahasiswa bukan lagi seorang siswa yang tugasnya cuma belajar, bukan juga rakyat yang tugasnya cuma mencari kehidupan, bukan juga pemerintah yang tugasnya cuma memerintah, tapi mahasiswa adalah seorang yang belajar, juga mencari kehidupan, dan mampu mempengaruhi sekaligus memerintah banyak orang, dari situlah mahasiswa dipandang berada sedikit lebih diatas dari masyarakat. Komunitas mahasiswalah yang kemudian diharapkan masyarakat, mampu memberikan kontribusi terhadap wilayahnya. Sebagaimana mengambil makna dari Firman Allah SWT dalam Qu’ran Surat Ar-Ra’d ayat 11 yang menjelaskan bahwa suatu kaum harus mau berubah jika mereka menginginkan suatu keadaan yang lebih baik. Sabda Rosullullah SAW juga mengatakan bahwa “hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok harus lebih baik dari hari ini”. ‘Agent of Change’ iya, itulah sebutan yang pantas dilemparkan untuk seorang mahasiswa dalam bermasyarakat [Agent of Change; Agen dari suatu perubahan, (Hoooooooh) huh kara nyambung parah]. Mahasiswa harus pandai melakukan perubahan yang positif dalam masyarakat, sebab perubahan adalah harga mati yang tidak dapat diganggu gugat, walaupun sahabat terdiam misalnya nampak bagaikan ‘kambing bego conge ngalambey’ Masyarakat tetap akan terus berubah dengan sendirinya, baik positif maupun negatif, yang jelas mahasiswa harus pandai menciptakan perubahan yang positif. Misalnya ketika masyarakat dalam keadaan kondisi darurat, dalam artian kacau-balau, pemerintahnya banyak yang korupsi, rakyatnya juga sudah terbengkalai ga karu-karuan, dan kerukunanpun sudah tidak ada lagi, maka mahasiswalah yang kemudian harus menciptakan sebuah perubahan dalam masyarakat tersebut. Mahasiswa adalah golongan yang harus menjadi garda terdepan dalam melakukan suatu perubahan dengan segala potensi yang dimilikinya (bukan berubah jadi supermen, jangan guguyon).
Perbedaan Siswa dan Mahasiswa
No.

SISWA

MAHASISWA
1

Bersifat pasif

Bersifat lebih aktif
2

Bersifat acuh

Bersifat idealis
3

Agak kekanak-kanakan

Dewasa
4

Manja

Mandiri
5

Mudah dipengaruhi

Mudah mempengaruhi
6

Resah banyak tugas

Resah tidak ada tugas
7

Masih dituntun

Sudah menuntun
Ma’af ini pengalaman Saya
Sekian penyampaian dari saya, mudah-mudahan bermanfa’at, terima kasih atas segala perhatian, dan mohon ma’af atas segala kekurangan. Saya akhiri,
Wassalamu Alaikum Wr,wb

oleh : Mamet Nusantara (Ilmu Politik UIN Jakarta)